Jakarta – Rangkaian akhir Program kerjasama antara Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (KEMEMKOPUKM) bersama Universitas Trilogi berlangsung di lodge Pamelotel, mengusung Demoday “Welcoming the Future: Native Startup Inovation Demo Day” hasil kerjasama ini dihadiri oleh Deputi dan Rektor Universitas Trilogi.
Dihadiri oleh Deputi Bidang Kewirausahaan Ibu Ir. Siti Azizah, MBA KEMENKOPUMKM serta Rektor Universitas Trilogi Bapak Prof. Pramono Hari Adi, MS dan 16 tenant dari 20 tenant yang akan melakukan Pitching Desk.
Dalam sambutannya Rektor Universitas Trilogi Prof. Pramono Hari Adi, MS. Merasa bangga bahwa dari 20 Tenant yang mengikuti program ini, 3 diantaranya adalah dosen Universitas Trilogi “dari 20 tenant yang ikut 3 diantaranya dosen universitas trilogi, mudah-mudahan para tenant semua yang ada disini dapat terus meningkatkan usahanya.”
Acara ini juga dihadiri oleh 8 stackholder secara daring diantaranya Telkom, Indonesia sIn Your Hand, Asian Growth Financial institution KOTRA Korea Selatan dan lain-lain. Para stackholder ini nantinya akan menjadi calon investor bagi tenant yang melakukan pitch desk.
Seperti yang kita semua mungkin sadari, belakangan ini publik begitu menyorot keputusan DPR mengesahkan UU KPK yang dinilai malah akan makin melemahkan KPK sebagai lembaga independen. Ruang gerak KPK dalam memberantas korupsi seolah semakin dibatasi. Massa pun berbondong-bondong melancarkan aksi protes di beberapa lokasi.
Satu aksi yang menarik perhatian justru dari kalangan yang professional sama UU KPK. Mereka ini selain mendukung pengesahan UU KPK oleh DPR juga mendukung pimpinan KPK terpilih –Firli Bahuri– serta mendorong supaya pelantikannya dipercepat. Hari Rabu (18/9) kemarin, kelompok ini memadati halaman depan gedung KPK lengkap dengan spanduk-spanduk sebagai bentuk dukungannya terhadap UU KPK. Namun, ada yang aneh dari kelompok ini…
Sekelompok massa tampak memadati halaman depan gedung KPK untuk menyuarakan dukungannya terhadap UU KPK. Massa yang mengaku dari kalangan mahasiswa ini memakai almamater warna-warni, tapi tanpa emblem universitas
Kelompok massa yang mengaku mahasiswa through information.detik.com
Gelaran aksi demo ternyata nggak dilakukan oleh mereka yang kontra sama UU KPK aja, tapi juga dari kalangan yang professional. Sekelompok massa professional UU KPK yang mengaku dari kalangan mahasiswa ini memadati halaman depan gedung KPK pada Rabu (18/9) kemarin. Sekilas mungkin nggak ada yang aneh, namun setelah diperhatikan lagi ternyata almamater warna-warni yang mereka pakai nggak ada emblem universitasnya. Selain itu almamater tampak bersih seperti baru semua.
Saat ditanya wartawan, mereka mengaku dari berbagai universitas, ada yang menyebut Universitas Bung Karno, hingga Universitas Indonesia (UI). Padahal dikutip dari Suara.com kelompok massa ini terdiri dari ibu-ibu, bapak-bapak, sampai remaja belasan tahun.
Sebuah akun Twitter @BNGPY mengunggah foto yang seolah membuktikan kalau kelompok massa itu cuma suruhan, bukan benar-benar mahasiswa
Akun Twitter @BNGPY mengunggah sebuah foto yang seolah jadi jawaban atas kejanggalan yang mungkin banyak publik pertanyakan. Dalam foto itu tampak gerombolan orang mengerubungi setumpuk almamater warna-warni. Beberapa terlihat mencoba ke badannya, sedangkan sebagian lagi masih sibuk memilih. Foto itu seperti membuktikan kalau aksi massa professional UU KPK kemarin cuma setting-an.
Peristiwa di atas mengingatkan kita pada aksi serupa yang digelar di depan gedung DPR sehari sebelumnya. Aksi itu dilakukan untuk mengapresiasi kinerja DPR yang telah mengesahkan revisi UU KPK
Massa yang mengaku dibayar untuk demo through trans89.com
Pada Selasa (17/9) kemarin, sekelompok massa yang mengaku sebagai Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Peduli KPK menggelar demo sebagai bentuk apresiasi DPR yang sudah mengesahkan revisi UU KPK, dilansir dari CNN. Namun saat ditanya isu apa yang mereka bawa dalam demonstrasi itu, mereka mengaku tidak tahu. Ada yang bilang diajak, ada juga yang blak-blakan kalau itu dibayar.
Hmm… apa sih maksud dari semua ini? Sebenarnya siapa dalang di balik aksi pura-pura di atas? Apakah ini semua dilakukan hanya supaya terlihat kalau DPR juga banyak yang mendukung? Entahlah. Yang jelas keputusan mengesahkan revisi UU KPK kemarin sungguh melukai hati banyak orang…