Pada Rabu, (23/11/2022), Indonesia Cyber Education Institute (ICE-I) kembali sukses menggelar Cyber Education Forum (CEF). Forum ini merupakan seri yang ke-18 dari CEF. Dalam rangka memperingati Hari Guru Nasional, CEF ke-18 ini mengangkat tema “Online Course Development Based on the TPACK-IDLE Model for Professional Teacher’s Programs”. Diskusi dalam forum ini dihadiri oleh lebih dari 100 peserta yang hadir dalam aplikasi Zoom serta disiarkan secara langsung melalui YouTube UT TV yang disaksikan oleh 779 viewers.

Forum ini dimoderatori oleh Siti Hadianti, S.Pd., M.Pd. dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UT, serta menghadirkan 2 (dua) narasumber yang merupakan pakar di bidangnya yaitu Deputy Vice Chancellor, Academic & Alfred Deakin Professor Deakin University, Prof. Liz Johnson dan juga narasumber dari Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Dr. Nur Arifah Drajati, M.Pd.

Forum dibuka dengan sambutan oleh Prof. Dr. Paulina Pannen, M.Ls selaku Direktur ICE Institute. Beliau menyampaikan rasa terima kasihnya kepada para narasumber yang telah bersedia membagi pengalaman dan ilmunya. Prof. Paulina menyampaikan bahwa CEF kali ini bertepatan pula dengan Hari Guru Nasional, yang mana guru, merupakan sebuah profesi sehingga dituntut untuk memiliki profesionalitas yang tinggi. Salah satu bentuk profesionalitas seorang guru adalah semangat tidak pernah berhenti belajar. Dengan perkembangan zaman, seorang guru yang berperan dalam membagikan ilmu, haruslah selalu memiliki mindset kekinian dan selalu dinamis berkembang mempelajari hal baru agar tetap relevan dalam berperan sebagai pembentuk generasi penerus bangsa. ICE Institute pun hadir sebagai media untuk para guru dan pengajar untuk terus mengembangkan dirinya sebagai akademisi.

Selanjutnya, Prof. Liz Johnson memaparkan materinya yang bertema “Learning and Teaching for a Digital World”. Menurutnya, dunia ini bersifat digital, serta seluruh aspek dalam hidup manusia saat ini adalah digital. Mulai dari dunia ekonomi, dunia pendidikan, dan seluruh proses bisnis di dunia. Beliau menyebutkan, dalam konteks online learning sangatlah penting untuk menjawab pertanyaan “why are we doing it?”  atau “Mengapa kita melakukan pembelajaran online?”. Menurutnya, praktik digital adalah hal penting dan otentik dalam kehidupan saat ini. Selain itu, proses pembelajaran digital terbukti meningkatkan partisipasi dan meningkatkan kemungkinan terselenggaranya pembelajaran yang lebih aktif. Namun tidak berhenti di situ, Prof Liz merasa bahwa pembelajaran online menjadi sarana yang tepat untuk mengombinasikan berbagai metode dan aktivitas dalam belajar. “Hanya dengan kombinasi mode dan metode pembelajaran ini lah dapat terwujud hasil yang paling optimal dan maksimal dari pembelajaran online”, tutur Prof. Liz Johnson.

Narasumber kedua, Dr. Nur Arifah Drajati, M.Pd., pun menyampaikan paparannya yang bertema “TPACK-IDLE for Creating Effective Online Learning”. Beliau memulai paparannya dengan menyampaikan betapa pandemi COVID-19 telah menggeser dunia pendidikan sehingga terdapat tantangan di mana pembelajaran online harus diterapkan dengan sebaik mungkin untuk memperoleh hasil yang maksimal dengan cara dan metode yang paling efektif. Selanjutnya, Dr. Nur Arifah menjelaskan mengenai kerangka TPACK-IDLE. TPACK merupakan singkatan dari Technological Pedagogical Content Knowledge sedangkan IDLE adalah Informal Digital Learning Environment. TPACK merupakan sebuah kerangka yang berusaha mengintegrasikan aspek teknologi, pedagogi, dan pengetahuan konten. Sedangkan IDLE terdiri dari 3 (tiga) unsur, yaitu Call Class, Extracurricular, dan Intentional. Beliau menjabarkan bahwa call class merupakan pembelajaran yang dilakukan oleh pelajar melalui kelas online dan dipandu oleh pengajar melalui berbagai aktivitas. Sedangkan Extracurricular merupakan pembelajaran yang dilakukan pelajar di luar ruang kelas, baik berupa tugas maupun pembelajaran lainnya. Kedua unsur ini pun harus disatukan dan dianalisis melalui unsur Intentional, yaitu keinginan dan kemauan pelajar untuk mempergunakan berbagai sarana di luar kelas untuk belajar. Beliau menutup dengan pernyataan “Tujuan pedagogis yang paling besar untuk para pengajar adalah untuk mencapai tahap dimana pengajar membantu pelajar untuk mengonstruksikan Informal Digital Learning Environment (IDLE) nya sendiri yang berkelanjutan dan memiliki inisiatif sendiri dalam belajar tanpa harus menunggu instruksi secara formal.”

CEF seri ke-18 ini pun ditutup dengan sesi tanya jawab dan penyerahan sertifikat penghargaan digital oleh perwakilan ICE Institute, Ir. Mohamad Toha, M.Ed., Ph.D. kepada para narasumber.